Home
News
Our Brands
Curva Agency
Mantaray
Organizinc
About
Contact
Social Media
Menu
Home
Our Brand
Curva Agency
Mantaray
Organizinc
News
About
Contact
Social Media
1
—
3
2
—
3
3
—
3
Digitalisasi Dorong Ekonomi Inklusif Usaha ‘Wong Cilik’
CURVA ECOLOGY , Rabu, 18 Desember 2024 09:42
Digitalisasi kini menjadi kebutuhan mendesak bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Tren ini tidak lagi terbatas pada kota-kota besar seperti Jakarta, melainkan telah meluas hingga ke daerah-daerah. Contohnya, di Jayapura, platform digital digunakan oleh pelaku UMKM kuliner untuk menjangkau pelanggan lebih luas. Dengan beberapa klik pada perangkat dan komunikasi sederhana melalui aplikasi, produk dapat tiba di tangan konsumen dalam hitungan menit. Pandemi Covid-19 menjadi momentum percepatan digitalisasi, mendorong pelaku usaha berlomba-lomba untuk beralih ke platform digital. Pemerintah turut mendukung dengan berbagai inisiatif untuk memfasilitasi UMKM dalam proses digitalisasi ini. Menurut data dari Kementerian UMKM, pada tahun 2022 sebanyak 19 juta UMKM telah bergabung dengan platform digital, dengan target meningkat menjadi 30 juta UMKM pada tahun 2024. Gerakan UMKM Go Digital ini juga selaras dengan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia, yang bertujuan memperkenalkan dan mempromosikan produk lokal kepada masyarakat. Di era pemerintahan Prabowo Subianto, target 30 juta UMKM Go Digital tetap menjadi prioritas utama, sebagaimana diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Namun, hingga pertengahan 2024, baru sekitar 25 juta UMKM yang berhasil memanfaatkan platform digital, masih di bawah target yang diharapkan. Dampak Digitalisasi Meskipun target belum sepenuhnya tercapai, digitalisasi telah memberikan dampak signifikan bagi UMKM di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, UMKM menyumbang sekitar 60 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Kemajuan ini sebagian besar dipengaruhi oleh kemampuan UMKM menjangkau pasar lebih luas melalui platform digital. Salah satu pelaku usaha kuliner di Jayapura, misalnya, mengungkapkan bahwa penjualannya meningkat hingga 40 persen setelah menggunakan aplikasi pengantaran makanan. Riana, seorang pengusaha kerajinan tangan asal Bandung, juga berbagi kisah serupa. Awalnya, ia hanya bergantung pada pameran lokal untuk menjual produknya. Namun, setelah mengikuti program pelatihan UMKM Go Digital, ia mulai memasarkan produknya melalui marketplace dan media sosial. Kini, produknya telah diekspor ke berbagai negara seperti Jepang dan Jerman, membuktikan bahwa teknologi digital dapat membuka akses ke pasar global. Selain pemasaran, teknologi digital juga meningkatkan daya saing produk lokal. Dengan platform digital, pelaku usaha dapat memahami tren pasar, mengelola inventaris secara efisien, dan menyesuaikan produk sesuai kebutuhan konsumen global. Tantangan Namun, digitalisasi UMKM tidak lepas dari tantangan. Salah satu kendala terbesar adalah literasi digital yang masih rendah di beberapa daerah. Infrastruktur internet yang belum merata juga menjadi hambatan bagi UMKM di wilayah terpencil. Masalah ini perlu segera diatasi, mengingat UMKM adalah tulang punggung perekonomian nasional. Digitalisasi UMKM merupakan langkah penting untuk mendorong ekonomi yang inklusif. Meski target 30 juta UMKM Go Digital pada tahun 2024 masih menjadi tantangan, dampak positifnya terhadap sektor UMKM sudah terlihat jelas. Dengan kolaborasi yang berkelanjutan dan inovasi yang terus berkembang, transformasi digital diharapkan semakin memperkuat peran UMKM dalam perekonomian nasional. Sumber: Indonesia.go.id